
Kenapa sih saya mengangkat tentang jenggot? Hehe kalau itu sih cuma karena iseng saja. Pernahkah kita meninjau sunnah yang mewanti-wanti agar para lelaki muslim memelihara jenggotnya?
Kata blog tetangga sih gini:
Berbedalah dengan orang-orang musyrik. Biarkan jenggot dan cukurlah kumis. (HR al-Bukhari).

Kembali ke persoalan bunyi sunnah nabi Muhammad yang disitir Al-Bukhari, timbul pertanyaan di dalam hati saya, kok sepertinya jenggot itu sangat politis ya?Jenggot di zaman Nabi dan sahabatnya hidup memang menjadi identitas yang membedakannya dengan pemeluk agama lain. Konon pria-pria Yahudi dan Nasrani senang memelihara kumis waktu itu, jadi ya wajar kalau kemudian jenggot dijadikan sebagai pertanda kemusliman seorang laki-laki.
Kalau bicara soal selera, sepertinya tidak semua wanita menyukai jenggot yang nongkrong di dagu pasangannya. Atau, kalau pun ada tidak semua gaya jenggot disukai wanita (wakakak).
Perdebatan lebih lanjutnya adalah apakah pria yang memelihara jenggot memperoleh pahala karena kejenggotannya? Atau kalau dibalik menjadi, berarti pria yang tidak memelihara jenggot tidak mendapatkan pahala.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar