Rabu, 26 November 2008

MONGOL CS MAJAPAHIT

Dari dulu saya menyukai sejarah. Anehnya saya baru menyadari kesukaan ini ketika kuliah S1 dulu dan ditugasi Dosen Pendidikan Agama Islam untuk membuat sebuah makalah yang berkaitan antara pendidikan dan Agama Islam. Waktu itu saya menulis Ilmu Sejarah dalam Pandangan Islam. Kalau saya ingat-ingat lagi jadi malu sendiri, lha siapa saya kok nulis makalah yang judulnya seserius itu, bayangkan tidak main-main lho, saya mengatakan "DALAM PANDANGAN ISLAM". Kenapa saya waktu itu tidak menggunakan dalam kurung "DALAM PANDANGAN SAYA SEBETULNYA" hehe. Yang saya ingat, ada beberapa kutipan ayat-ayat Qur'an di sana sini yang menunjukkan bahwa Allah memerintahkan kita untuk banyak belajar dari sejarah, khususnya dari bangsa-bangsa yang mengalami kemenangan, kekalahan, azab, dan lain sebagainya.

Kembali tentang sejarah, baru-baru ini saya menonton tayangan discovery channel, yang salah satunya menampilkan tentang Genghis Khan.
Saya terkejut sekali waktu dikemukakan bahwa Genghis Khan adalah penguasa paling besar di dunia, dilihat dari cakupan wilayah kekuasaannya. Konon ia menguasai hampir separuh wilayah di bumi lho. Tidak hanya India dan China, wilayah Jerman dan Rusia juga kala itu berhasil didudukinya. Terlepas dari bagaimana dia merebut wilayah, dengan demikian Jenghis Khan lebih keren dibanding Alexander the Great, Xerses, dan lain sebagainya hehe. Akhirnya saya jadi penasaran, sehingga cari-cari informasi tentang pimpinan Mongol yang satu ini.

Eh saya keterusan sampai ke sejarah menyangkut anak cucunya, yakni Kubilai Khan. Bicara tentang Kubilai Khan, tidak kalah dari Kakeknya ia mampu juga memperluas wilayahnya sampai ke Asia Tenggara, antara lain Vietnam dan Kamboja. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Di dalam sejarah Indonesia yang selama ini kita ketahui, pada tahun 1293 Pasukan Kubilai Khan menyerang Jawa, dengan maksud menguasai kerajaan Kediri. Ternyata eh ternyata entah sudah direncanakan dari awal atau ide mendadak, Raden Wijaya justru memanfaatkan momentum ini dengan bersekongkol bersama pasukan Kubilai Khan hingga akhirnya Kediri hancur lebur dan berdirilah kerajaan baru yakni Majapahit. Konon sih, setelah sukses mengajak kerjasama Kubilai Khan, Raden Wijaya justru berbalik arah yakni dengan menyerang ganti pasukan ini sehingga mereka pergi dari pula Jawa.
Kalau sudah bosan membaca posting ini...berhenti dulu ya, tarik napas trus minum air putih..hehe.
Ok..kembali lagi baca ya sekarang...
kerajaan Majapahit mengalami dinamika yang cukup menarik, hingga akhirnya mengalami puncak kejayaan di masa Raja Hayam Wuruk. Kalau sudah menyinggung Gadjah Mada, sudah pasti deh sense nasionalisme kita menyeruak. Eit, tapi tunggu dulu, ada yang aneh tidak sih dengan cara Gadjah Mada "menginvasi" pulau-pulau di nusantara? Sebenarnya sih ini masih menurut asumsi, belum ada bukti signifikan....coba deh anda pikirkan apakah orang jawa punya semangat invansi sebesar itu? Konon, Gadjah Mada bukan orang jawa lho, melainkan orang mongol, lebih tepatnya dia masih kaki tangannya kerajaan Mongol. So, Majapahit bisa dikatakan anak kerajaan Mongol..wah wah wah kalau begitu jangan-jangan kontrak Raden Wijaya dengan Kubilai Khan sebenarnya masih berlanjut ya hehe..kayak kontrak PT Freeport aja yang mengalami perpanjangan terus.
Trus apa kesimpulannya....ya tolong disimpulkan sendiri aja deh....

Jumat, 21 November 2008

MISTERI REALITY SHOW


Kalau KPI didesak untuk memberi peringatan kepada stasiun tv di Indonesia perihal acara reality show yang marak belakangan ini, pasti banyak orang yang akan setuju.
Acara semacam playboy kabel, termehek-mehek, orang ketiga, dll...ditengarai bukan reality show melainkan rekayasa show. Penonton Indonesia kan juga tidak bodoh-bodoh amat untuk menelisik adanya fenomena tersebut. Saya sendiri karena tinggal bersama cewek-cewek kos penyuka acara semacam ini jadi ikut terbawa arus menontonnya.
Keganjilan-keganjilan yang terjadi selama acara berlangsung memang wajar dijadikan sebagai indikasi bahwa acara itu tidak "real".
Pernah saya menonton tayangan termehek-mehek, yang ceritanya adalah seseorang mencari pacarnya. Sang pacar ini lama menghilang. Proses pencariannya agak aneh, terutama di bagian ketika si pencari bersama dua presenter mencari di sebuah perusahaan. Mereka mencari orang yang bernama Pak Anwar sebagai pemilik perusahaan, tapi ternyata pemiliknya sudah ganti orang. Waktu mereka mau menyelidiki kemana sekarang Pak Anwar, si Boss baru tidak mau memberi tahu, gayanya sok banget jutek, pake banting pintu segala sampai mengatakan "saya mau pergi". Tapi akhirnya dia turun juga, gak jelas banget. Kemudian tim presenter mengejar Boss baru dan akhirnya si boss baru mau memberikan informasi. Kan aneh sekali, lha wong tadi bilangnya mau pergi, bahkan sudah masuk ke mobil kok tahu-tahu turun sehingga akhirnya dikejar kembali oleh tim presenter.
Itu hanya satu contoh keganjilan. Kalau dibiarkan berlarut-larut, acara semacam ini tentu sangat amat bisa membodohkan para penontonnya yang kebanyakan remaja (termasuk saya yang masih remaja hehe).

Yang perlu juga menjadi sorotan, sejauhmanakah undang-undang tentang perlindungan informasi mengenai seseorang dan perbuatannya? Apakah publik berhak mengetahui semua masalah seseorang terlepas dari apakah ia berbuat salah atau tidak? Tolonglah para production house yang gemar membuat acara seperti ini bisa lebih bijaksana. Acara seperti bedah rumah sepertinya yang masih agak lumayan lebih baik ketimbang acara mencari orang hilang atau memergoki orang yang selingkuh. Selain memberi manfaat tak terhingga pada orang yang dibantu, bedah rumah juga bisa memberi inspirasi bagi kita-kita yang ingin merenovasi rumah hehe. Dan bagi yang belum punya rumah seperti saya bisa memperoleh gambaran kira-kira mau rumah seperti apa..hehe lagi.
Tentu saja bedah rumah juga tidak sempurna, tapi sekali lagi unsur rekayasanya nampak tidak muncul. Ada keluarga yang tinggal di perumahan sebelah kompleks perumahan saya dan kedapatan rezeki dari acara ini sehingga rumahnya menjadi lebih baik sampai sekarang. Keluarga ini memang tidak mampu namun dikenal berprilaku baik di lingkungannya, jadi ya wajar saja.
Kembali ke persoalan reality show, banyak lho jenis tayangan yang masuk ke dalam jenis ini, tidak melulu tentang kisah kehidupan. Audisi bakat, rekayasa jebakan ulangtahun dll juga bisa digolongkan sebagai reality show, yang jelas no scenario, yang ada cuma general frame aja. Tapi kalau meninjau tayangan yang sekarang ya nampaknya bukan lagi sebagai reality show, tapi rekayasa show. Atau jangan-jangan ini hanya dugaan saya? Ah...masih menjadi sebuah misteri.

JENGGOT, ANTARA PAHALA&GAYA

Banyak diantara kita (kalo merasa muslim/muslimah) masih bersilang pendapat tentang sunnah memelihara jenggot.
Kenapa sih saya mengangkat tentang jenggot? Hehe kalau itu sih cuma karena iseng saja. Pernahkah kita meninjau sunnah yang mewanti-wanti agar para lelaki muslim memelihara jenggotnya?
Kata blog tetangga sih gini:

Berbedalah dengan orang-orang musyrik. Biarkan jenggot dan cukurlah kumis. (HR al-Bukhari).

Kemudian perihal panjang/pendek, style atau warna sepertinya tidak ada kepastian tentang itu. Tapi memang diantara para ulama ada yang berpendapat harus panjang (wajib dipelihara jadinya dan tidak boleh dicukur), ada juga yang agak longgar memandang hal tersebut.
Kembali ke persoalan bunyi sunnah nabi Muhammad yang disitir Al-Bukhari, timbul pertanyaan di dalam hati saya, kok sepertinya jenggot itu sangat politis ya?Jenggot di zaman Nabi dan sahabatnya hidup memang menjadi identitas yang membedakannya dengan pemeluk agama lain. Konon pria-pria Yahudi dan Nasrani senang memelihara kumis waktu itu, jadi ya wajar kalau kemudian jenggot dijadikan sebagai pertanda kemusliman seorang laki-laki.
Kalau bicara soal selera, sepertinya tidak semua wanita menyukai jenggot yang nongkrong di dagu pasangannya. Atau, kalau pun ada tidak semua gaya jenggot disukai wanita (wakakak).
Perdebatan lebih lanjutnya adalah apakah pria yang memelihara jenggot memperoleh pahala karena kejenggotannya? Atau kalau dibalik menjadi, berarti pria yang tidak memelihara jenggot tidak mendapatkan pahala.

Sehubungan dengan bunyi sunnah nabi tentang jenggot, apakah boleh kita menganalogikan jenggot sebagai ktp waktu itu bagi pria-pria yang mengaku dirinya sebagai muslim? Kalau ya, berarti yang tidak berjenggot bisa kena operasi yustisi seperti kasus di Afganistan waktu kepemimpinannya Taliban dong! Syereeemmmmmm.....

Tapi kalau setelah membaca posting ini anda kok jadi ingin menumbuhkan jenggot atau meminta pasangan anda memelihara jenggotnya, ya silakan saja. Mau gaya yang seperti Tukul, Ki JokoBodo, Ahmad Dani, dll....monggoh saja, tapi memang butuh kesabaran untuk menumbuhkan jenggot.

Dan ingat, ketika anda merasa jenggot yang dipelihara kok tidak tumbuh sebagaimana diharapkan karena persoalan hormon, anda bisa coba FIRDAUS!

Kamis, 06 November 2008

Quantum Of Solace..Dissapointing???


I had just watch the new James Bond Movie, Quantum of Solace.


Wuihh, gimana ya....dibilang bagus ya enggak juga, dibilang jelek ya..iya sih..lol


Bagi saya yang bukan penggemar berat James Bond Movie tapi cukup mengamati perkembangannya tidak terlalu terbuai tuh selama melihat film yang satu ini kemarin.


Sebetulnya sih menurut saya jalan ceritanya agak lemah. Tapi ya enggak salah juga tuh script writer-nya, karena James Bond ini ceritanya masih nyambung dengan yang Casino Royale. Jadi, sisi emosionalnya Bond masih sangat terpengaruh oleh kejadian yang kita dapat lihat di Casino Royale ..itu lho, kenangan tentang Vesper.


Akibat dari skenarionya yang mengedepankan sisi emosi, hasilnya ya gadget-gadget yang digunakan Bond and the Partner belum terlalu membelalakkan mata saya..(nggaya...kayak film Indonesia dah bisa nyaingi ajah)


Nontoh film yang satu ini gak beda sama nonton film-film action biasanya, gak ada kesan setelahnya geto lho..


Eit tapi masih ada sisi positifnya kok. Dalam film ni diceritakan bagaimana Amerika berupaya menguasai tidak hanya ladang minyak di seluruh penjuru dunia tapi juga air. Air??? ya..air...coba bayangkan kalau orang sepenjuru dunia kesulitan air bersih, padahal yang punya air bersih cuma negara maju atau perusahaan kapitalis. Lebih parah kan tingkat ketergantungannya..air kan masalah hidup mati, kalau minyak sih kita masih bisa berupaya cari penggantinya, tapi just imagine..air geto lho...


Jadi sehabis nonton film itu saya berpikir tentang perusahaan air mineral milik Perancis yang sangat terkenal di Indonesia. Kita secara tidak sadar (atau jangan-jangan sadar) sudah memberikan sumber-sumber mata air yang berharga kepada pihak asing. Oneday, eh gak cuma oneday tapi sekarang juga sudah, kita membeli air dari mereka walaupun sumber bakunya berasal dari Sukabumi, Malang, dan daerah-daerah di Indonesia lainnya.


Sedih....sedih...prihatin....prihatin, tapi apa mau dinyana...

Herzberg is behind me

Have u ever reading some theory but u never feel good enough to understand it?
Yeah yeah saya salah satunya. Waktu s1 dulu jarang sih dengerin dosen sungguh-sungguh. Sudah begitu jarang pula baca buku, kalo ke perpustakaan malah baca buku yang gak penting gak penting geto...lol.
Tapi believe me ketika kita memutuskan concern terhadap sesuatu pastilah proses yang kita jalani bakal lebih serius. Segala bentuk discovering sepertinya amat sangat memang betul berharga, kayak pengalamanku yang satu ni.
Oneday, one of my professor assigned me the resume task. Wuihhhh...resumenya gak kirak-kira nyampe 10..tuh baru satu matkul..yang lainnya ya belum terhitung.
Di salah satu resume yang aku and my friend hasilkan adalah tentang teori Herzberg. To be honest, dulu waktu ngerjain skripsi aku juga dah abis2an mengupas teori itu, tapi ternyata one of my lecturer now still can't believe at that theory. Ya memang namanya sebuah teori belum tentu tepat diterapkan pada semua situasi. For instant, apakah teori Maslow cocok kita terapkan ketika kita tenggelam di laut akibat naik kapal Titanic? Apakah ketika itu kita lebih memilih sebuah hamburger daripada sebuah ban bekas? Lagipula Maslow juga sudah mengatakan kalau teorinya bukan sebuah hirarki.
Kembali ke persoalan Herzberg..dia mengatakan ada dua faktor sehubungan dengan motivasi pegawai. Ada yang namanya faktor hygiene dan faktor motivator. Faktor hygiene tuh tidak dapat meningkatkan motivasi, cuma memelihara saja sedangkah faktor motivator dapat meningkatkan motivasi. Kuncinya karena faktor hygiene tidak dapat meningkatkan kapasitas seseorang sedangkah faktor motivator sebaliknya. Faktor hygiene contohnya terdiri atas uang, kondisi fisik lingkungan kerja, status. Kalau faktor motivator contohnya ya penghargaan terhadap pegawai, pengembangan seperti pembinaan, pelatihan, dll.
Coba kita tarik teori itu ke persoalan sertifikasi guru di Indonesia yang sampai sekarang belum tuntas tas tas tas. Sertifikasi guru yang menjanjikan pemberian tunjangan sebesar 1x gaji tentu sangat menggiurkan bagi para guru. Persoalannya apakah kemudian profesionalisme dan motivasi bekerja para guru meningkat karena ada tunjangan tersebut? Itu sih masih harus diteliti lagi memang tapi paling tidak banyak kenyataan yang saya jumpai langsung di lapangan dan informasi dari sumber terpercaya bahwa tidak ada peningkatan kinerja tuh dari para guru sementara ini. Mereka cuma termotivasi untuk mengikuti sertifikasi setelah itu ya...gak tau deh.... Semua itu karena sertifikasi guru baru berorientasi pada peningkatan kesejahteraan guru.
Ini sejalan dengan pandangan Herzberg, pemberian kesejahteraan seperti uang tidak akan menambah kapasitas dan pertumbuhan profesionalisme seseorang. Lain lagi kalau sertifikasi juga mengandung penambahan muatan pertumbuhan dan perkembangan profesionalisme....maka itu sertifikasi guru sekarang juga tidak hanya melibatkan portofolio namun juga diklat.
Ada yang mengatakan, teori Herzberg tidak cocok ditempatkan di Indonesia karena mayoritas orang masih termotivasi melakukan sesuatu karena uang. But wait wait...teori Hygiene sendiri tidak menentang hal itu kok, dia hanya mengatakan kalau pemberian uang tidak meningkatkan motivasi, hanya memelihara motivasi pada kadar tertentu. Di mana-mana di dunia ini ya semua orang pasti senang sama yang namanya duit. Cuma persoalannya bagaimana follow up atau efeknya terhadap peningkatan motivasi kerja seseorang.
Jadi kalau ada yang mengatakan teori ini tidak layak digunakan di Indonesia...weleh weleh...you should read it comprehensively deh...

"