Kamis, 06 November 2008

Herzberg is behind me

Have u ever reading some theory but u never feel good enough to understand it?
Yeah yeah saya salah satunya. Waktu s1 dulu jarang sih dengerin dosen sungguh-sungguh. Sudah begitu jarang pula baca buku, kalo ke perpustakaan malah baca buku yang gak penting gak penting geto...lol.
Tapi believe me ketika kita memutuskan concern terhadap sesuatu pastilah proses yang kita jalani bakal lebih serius. Segala bentuk discovering sepertinya amat sangat memang betul berharga, kayak pengalamanku yang satu ni.
Oneday, one of my professor assigned me the resume task. Wuihhhh...resumenya gak kirak-kira nyampe 10..tuh baru satu matkul..yang lainnya ya belum terhitung.
Di salah satu resume yang aku and my friend hasilkan adalah tentang teori Herzberg. To be honest, dulu waktu ngerjain skripsi aku juga dah abis2an mengupas teori itu, tapi ternyata one of my lecturer now still can't believe at that theory. Ya memang namanya sebuah teori belum tentu tepat diterapkan pada semua situasi. For instant, apakah teori Maslow cocok kita terapkan ketika kita tenggelam di laut akibat naik kapal Titanic? Apakah ketika itu kita lebih memilih sebuah hamburger daripada sebuah ban bekas? Lagipula Maslow juga sudah mengatakan kalau teorinya bukan sebuah hirarki.
Kembali ke persoalan Herzberg..dia mengatakan ada dua faktor sehubungan dengan motivasi pegawai. Ada yang namanya faktor hygiene dan faktor motivator. Faktor hygiene tuh tidak dapat meningkatkan motivasi, cuma memelihara saja sedangkah faktor motivator dapat meningkatkan motivasi. Kuncinya karena faktor hygiene tidak dapat meningkatkan kapasitas seseorang sedangkah faktor motivator sebaliknya. Faktor hygiene contohnya terdiri atas uang, kondisi fisik lingkungan kerja, status. Kalau faktor motivator contohnya ya penghargaan terhadap pegawai, pengembangan seperti pembinaan, pelatihan, dll.
Coba kita tarik teori itu ke persoalan sertifikasi guru di Indonesia yang sampai sekarang belum tuntas tas tas tas. Sertifikasi guru yang menjanjikan pemberian tunjangan sebesar 1x gaji tentu sangat menggiurkan bagi para guru. Persoalannya apakah kemudian profesionalisme dan motivasi bekerja para guru meningkat karena ada tunjangan tersebut? Itu sih masih harus diteliti lagi memang tapi paling tidak banyak kenyataan yang saya jumpai langsung di lapangan dan informasi dari sumber terpercaya bahwa tidak ada peningkatan kinerja tuh dari para guru sementara ini. Mereka cuma termotivasi untuk mengikuti sertifikasi setelah itu ya...gak tau deh.... Semua itu karena sertifikasi guru baru berorientasi pada peningkatan kesejahteraan guru.
Ini sejalan dengan pandangan Herzberg, pemberian kesejahteraan seperti uang tidak akan menambah kapasitas dan pertumbuhan profesionalisme seseorang. Lain lagi kalau sertifikasi juga mengandung penambahan muatan pertumbuhan dan perkembangan profesionalisme....maka itu sertifikasi guru sekarang juga tidak hanya melibatkan portofolio namun juga diklat.
Ada yang mengatakan, teori Herzberg tidak cocok ditempatkan di Indonesia karena mayoritas orang masih termotivasi melakukan sesuatu karena uang. But wait wait...teori Hygiene sendiri tidak menentang hal itu kok, dia hanya mengatakan kalau pemberian uang tidak meningkatkan motivasi, hanya memelihara motivasi pada kadar tertentu. Di mana-mana di dunia ini ya semua orang pasti senang sama yang namanya duit. Cuma persoalannya bagaimana follow up atau efeknya terhadap peningkatan motivasi kerja seseorang.
Jadi kalau ada yang mengatakan teori ini tidak layak digunakan di Indonesia...weleh weleh...you should read it comprehensively deh...

"

1 komentar:

  1. keren deh tulisannya. Tapi ngemeng-ngemeng teori itu isinya apaan sih? Masih belum jelas tuh.

    BalasHapus