Jumat, 05 Desember 2008

MIMPI - MIMPI LINTANG, ADA DAN TIADA

Cukup 1,5 hari setelah membelinya, saya berhasil menuntaskan bacaan novel keempat dari tetralogi Si Laskar Pelangi, Andrea Hirata. Saya tentu tidak akan menceritakan keseluruhan novel tersebut, tapi paling tidak saya mau mengomemtari...hehehe...sebab bisanya cuma komentar memang.
Novel ini menurut saya tidak terlalu istimewa. Tapi saya masih harus mengakui bahwa saya termasuk orang yang menyukai gaya penulisan Andis. Jujur, novel ini agak mengecewakan di banding novel-novel lainnya, agak membosankan...padahal para penggemar sudah menggadang-gadang novel tersebut jauh-jauh hari. Kelebihan novel ini di banding novel lainnya adalah eksplorasi budaya melayu yang dilakukan Andis. Selain itu sentuhan canda yang disajikan masih mampu membuat saya tertawa, atau paling tidak tersenyum-senyum sendiri. Saya sampai heran, apakah alasan Andis memberi judul novel ini Mimpi-Mimpi Lintang "Maryamah Karpov", lha wong cerita yang bersinggungan dengan si Mak Maryamah dan caturnya cuma sedikit. Judul Mimpi-Mimpi Lintang rasanya lebih pas ketimbang embel-embel Maryamah Karpov.
Belakangan ini sepertinya otak saya sudah terkooptasi dengan gosip di sana-sini menyangkut Bang Andis yang ikal ini. Sebagai penggemar karyanya (bukan orangnya), saya merasa kecewa kalau saja benar kata para blogger lain bahwa ada yang tidak beres di balik kemunculan Laskar Pelangi and the bla, and the bla. Keberadaan Lintang dan Aling menjadi fokus perhatian fiktif atau tidaknya karakter mereka. Ungkapan curahan hati Roxana melalui media belakangan ini tampak memojokkan Andis terlepas dari benar atau tidaknya isi cerita perempuan berjilbab yang mengaku dirinya sebagai karakter Flo tersebut.
Andaikata kecurigaan para blogger benar bahwa Lintang hanyalah bagian diri Andis, terus terang saya kecewa dengan integritas Andis. Mengapa demikian, karena saya tahu pasti pAda kesempatan temu muka dengan penggemarnya Andis biasanya mengutarakan tentang Lintang. Di suatu talk show yang diadakan di Yogyakarta beberapa bulan lalu, Andis mengatakan kekagumannya kepada Lintang. Saat ia masih kuliah di Perancis, suatu hari ia harus pulang ke Belitong untuk menjenguk Ibundanya yang sakit. Namun dosennya tidak begitu saja melepas Andis, sang dosen memberi "oleh-oleh" berupa tugas yang harus diselesaikan Andis selama pulang di Indonesia. Menurut Andis, tugas tersebut bukan main susahnya, menggunakan integral yang harus dipecahkan sampai lima blok (saya sendiri tidak tahu maksudnya apa jadi jangan tanya saya hahaha). Walhasil Andis kelimpungan, dan terpaksa mencari bantuan...ia berujar "siapa lagi kalau bukan dengan Lintang". Maka, ia memberikan tugas tersebut kepada Lintang untuk dipecahkan. Lintang mengamati tugas itu, dan meminta kepada Andis buku yang bisa dipelajarinya. Setelah itu Andis memberikan buku tebal pegangan kuliahnya kepada Lintang. Hanya butuh waktu seminggu bagi Lintang untuk menyelesaikan tugas tersebut. Ketika Andis mendatangi Lintang untuk mengambil jawaban tugasnya, Andis sendiri tidak begitu yakin dengan operasional dan hasil yang dipaparkan Lintang. Akan tetapi, sewaktu tiba di Perancis Andis tetap mengumpulkan tugas sebagaimana yang menjadi buah pikir Lintang (nyontek dong kalau gitu Bang). Kemudian beberapa hari selanjutnya sang dosen memanggil Andis dan mengatakan bahwa sebenarnya tugas itu sudah dikerjakan dengan jalan/cara yang benar, tetapi sebenarnya tidak ada jawabannya (aneh, maksudnya apa saya juga tidak begitu paham). Yang jelas, dosen menghargai jalan pengerjaan yang ditempuh dan mengaku kegum atas pengerjaan tersebut. Selanjutnya Andis juga mengemukakan bahwa pasca Laskar Pelangi banyak orang berdatangan ke Belitong dan menawarkan Beasiswa untuk Lintang, tetapi sayang Lintang tidak menanggapinya dengan respon positif.
Itu mungkin hanya sebagian dari cerita Andis tentang kawan masa kecilnya Lintang yang diungkapkan di khalayak ramai. Kalaulah Lintang hanya bagian dari karakter Andis (karena mungkin Andis malu bilang dirinya sendiri "jenius"), atau teman khayalan Andis, mengapa Andis harus membawa karakter Lintang menjadi nyata ketika publik mempertanyakan. Saya jadi teringat dengan ungkapan banyak kawan saya tentang Andis yang justru kebanyakan membela Andis "Kalau sudah pernah kawin meskipun gagal ya bilang saja sejujurnya, tidak akan merusak kekaguman fans kok".
Kemisteriusan sikap dan perilaku Andis justru menjadi bahan olok-olok banyak orang belakangan ini. Sayang sekali kalau sampai berbagai dugaan negatif itu terbukti di kemudian hari, karena bagaimanapun eksistensi Laskar Pelangi and the bla and the bla begitu fenomenal. Ngepop, tapi tidak dangkal,insipiratif, dan reflektif, (inovatif juga tidak ya? hehehe).
Kalau Lintang memang benar-benar ada (bukan khayalan atau manunggal dengan Andis), tentu saja keadaan akan lebih baik dan menguntungkan bagi Andis. Jika sebaliknya, duh kecewanya saya. Bukan apa-apa, kalau propaganda Laskar Pelangi dilakukan tanpa mengatakan "ini diangkat dari kisah nyata" tentu sah-sah saja Andis bercerita apapun meskipun itu tidak riil.
Semoga kebenaran segera terungkap.

Senin, 01 Desember 2008

DAYA TARIK ANTAR JENIS KELAMIN


Wah, kalau bicara tentang bagaimana manusia memaksimalkan daya tariknya pasti tidak jauh-jauh dari unsur bagaimana menarik hati lawan jenis (atau kalau yang punya penyimpangan ya lawan jenis...amit...amit deh). Tapi mohon ya, postingan ini jangan dikatakan dangkal, vulgar, atau whatever yang menjurus ke pornografi, saya takut...maklum sekarang UU anti pornografi sudah disahkan, salah-salah saya bisa tertangkap.
Lagi, lagi saya menulis ini karena terinspirasi oleh tayangan discovery channel. Judulnya Language of Sexes..wuiiihhhh ngeri kan? Ah tidak juga kok, biasa saja...
Sebenarnya saya mau cerita tentang Novel keempat Andrea Hirata, tapi berhubung belum selesai (baru separuh) ya sudah...nanti-nanti deh.
Okay, kembali ke persoalan language of sexes mungkin hampir semua kita sudah belajar bahwa ketertarikan pada lawan jenis di berbagai budaya kadang berbeda. Bahkan, kadang budaya, nilai, agama, politik juga turut mengintervensi pandangan tentang nilai daya tarik seseorang baik pria atau wanita.
Let's see this one.. suku padang dari Birma. Mereka meyakini bahwa diri mereka sangat cantik bila sudah sukses menggunakan kalung tembaga di lehernya sejumlah 32 buah...wuihh.. Mungkin ukuran tersebut terlalu ekstrim untuk masyarakat kontemporer, tapi paling tidak kebanyakan dari pria memandang wanita cantik dengan sosok leher yang jenjang. Penari balet tubuhnya dibuat seanggun mungkin, yang salah satunya diindikasikan dari kejenjangan lehernya, dan jangan salah, cara memposisikan tubuh dalam tari balet juga membentuk kejenjangan leher tersebut dalam waktu yang lama tentunya.
Kemudian, beralih ke lelaki...ada suku yang memandang tato sebagai sebuah keindahan khususnya bagi laki-laki. Menurut penelitian, pembedaan pria dan wanita atas dasar panjang pendek rambut dimulai dari sejarah tentara romawi. Para pria yang semula berambut panjang kemudian memendekkan rambutnya karena akan dikirim perang. Dengan rambut yang pendek mereka akan lebih sulit dijambak. Jadi, menurut pemikiran para peneliti sih pembedaan panjang pendek rambut diciptakan oleh budaya, khususnya budaya perang.
Masih banyak lagi sih hal-hal yang bisa membuat kita terheran-heran. Misalnya nih, wanita di kamerun yang punya misi melahirkan anak sebanyak-banyaknya. Panggul/pinggul yang besar merupakan pertanda bahwa mereka subur (menurut anggapan pria setempat), sehingga mereka tidak segan-segan menambahkan seonggok bantalan atau sejumput kain untuk memberikan tambahan ukuran yang lebih sering justru terkesan hiperbolik...hahaha...
Kemudian, bagaimana dengan di belahan lain dunia? India menganggap kecantikan wanita dari rambutnya, semakin panjang, maka daya tariknya di mata lelaki semakin uhuy. Indonesia? betis seperti bulir padi ala kendedes salah satunya, lainnya silakan berpikir sendiri deh. Yang jelas, rumus untuk daya tarik fisik adalah masing-masing jenis kelamin harus membedakan dirinya dari jenis kelamin lain seberbeda mungkin. Bila perlu ada pembesaran, pelebih-lebihan, atau hiperbolik di bagian sana dan sini.
Selain terdapatnya perbedaan dalam memandang daya tarik antar jenis kelamin, hal sensitif ini juga dipersepsikan secara berbeda oleh beberapa kalangan. Sebenarnya objek seni dan pemujaan pun bukan hanya tubuh wanita namun juga tubuh pria. Kita dapat melihat ini di beberapa kuil di Jepang yang bentuk loncengnya menggelikan kalau kita tidak memahami maksudnya (sampai-sampai ada festivalnya yakni kanamara matsuri). Atau kalau di Indonesia kita dapat melihat pemuliaan seperti itu pada candi Cetha dan candi Sukuh yang terletak di Karang Anyar. Otak kita saja yang "ngeres" kalau membayangkan yang tidak-tidak, karena di berbagai temple itu persepsi tentang "sesuatu" itu bukan sebagai hal yang porno atau vulgar.
Tapi sebenarnya ada daya tarik yang lebih lagi dan sayangnya jarang kita sadari sebagai language of sexes, yakni mata. Selain pupil yang membesar jika melihat sosok lawan jenis yang disukai (dikenali sebagai gejala orang jatuh cinta), mata merupakan bahasa yang sangat ekspresif. Bayangkan, melihat sang pasangan jiwa dari dekat...tanpa kata..rasanya sudah mengilhami kita tentang apa yang si dia inginkan.
Lalu, ada lagi yang ternyata menarik bagi manusia...yaitu..... harta. Diakui juga oleh para peneliti bahwa daya tarik antar jenis kelamin memang dipengaruhi oleh yang satu ini. Jadi, wahai para pria jangan cuma pergi ke gym untuk membuat otot jadi kekar bak gatot kaca tapi juga manjakan pasangan anda dengan mengajaknya belanja, membelikan seperangkat perhiasan mahal, dan lain-lain.....hehehe.
Oh ya, sekali lagi maaf kalau tulisan ini terkesan "dangkal", "vulgar", tapi beneran nih saya tidak punya maksud begitu. Cuma ingin berbagi pandangan, that's all.