Kamis, 01 Januari 2009

Twilight and The Series, Isn't It Ironic

Wah, pasti sudah ada yang menonton film twilight, atau baca novelnya. Saya sendiri baru baca ketiga serinya, untuk yang terakhir sendiri Breaking Dawn belum baca, masih tunggu terjemahannya hehehe (gak fluent sih englishnya).
Untuk para pria, novel ini mungkin tidak begitu menarik, tapi bagi kami kaum hawa.....aduhai......siapa sih yang tidak mau punya pasangan seperti Edward Cullen? Ya, terlepas dari bahwa dia vampir, sikapnya itu lho........buat para pria, if you really wanna love a woman, contoh deh bagaimana perlakuan Cullen kepada Bella (tapi yang baik-baik aja yah hehehe).
Buku ini ternyata menyedot perhatian kaum hawa tidak hanya yang berusia remaja, tapi juga pra remaja seperti anak kelas 4 SD, sampai yang sudah tidak remaja lagi (kalau saya sih setengah remaja, setengahnya....???).
Yang jelas, kehadiran sosok Cullen dan Jacob mewarnai impian gadis-gadis sejagad belakangan ini, termasuk saya. Dua sosokpria ini mewakili karakter dan selera yang berbeda. Meskipun saya agak kurang suka dengan sebagian nuansa filmnya yang agak norak, tapi saya acungi jempol untuk pemilihan para aktor dan aktrisnya. Sayang untuk peran Edward tampilan fisiknya kurang sesuai dengan harapan saya (subjektif sedikit boleh dong). Film ini ber-budget rendah lho, tapi bisa mengeruk keuntungan yang besar sekali. Lagi-lagi, karena film atau bukunya memenuhi impian wanita tentang sosok pria idaman. Kalau mau lihat film yang adegannya lengkap mulai dari romance ala india (soalnya ada adegan Edward dan Bella tiduran di padang rumput berbunga), komedi ironik, action, horror, film ini cukup memenuhi kriteria itu.
Membaca banyak novel saya jadi membuat kesimpulan bahwa daya tarik utama bacaan adalah pada ada tidaknya ironisme atau paradoks yang diciptakan pengarangnya. Tidak peduli apakah itu masuk akal atau tidak, yang terpenting bagaimana sang pengarang mengemas ironisme dan paradoks tersebut menjadi sebuah hal yang nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar