Rabu, 14 Januari 2009

BELAJAR KESEIMBANGAN DARI ALAM

Minggu ini sedang musim-musimnya rambutan dan durian. Harganya pun jadi murah dibanding hari-hari biasanya. Tapi bukan itu yang menarik perhatian saya, melainkan mengapa buah ditakdirkan Tuhan berbuah dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Kategori paling mudahnya, ada buah yang musiman, dan ada yang tidak kenal musim. Pepaya, jambu air, jambu batu, pisang adalah contoh buah yang tak kenal musim, namun rambutan, klengkeng, durian kenal musim. Topik ini pernah saya diskusikan (ceilahhh "diskusikan") dengan kawan saya (dia pasti ikut baca postingan ini). Saya memang bukan lulusan Biologi, jadi sudut pandangnya bukan pakai ilmu Biologi. Coba deh kawan perhatikan buah-buah yang tak mengenal musim ini punya kandungan vitamin yang luar biasa hebat dan bermanfaat bagi ketahanan tubuh manusia, bandingkan dengan buah yang kenal musim, vitaminnya ada, tapi cenderung juga menimbulkan kerugian dan tidak semua orang cocok.
Sebenarnya Tuhan sudah menciptakan semua siklus secara sempurna, saya meyakini itu. Teman saya yang pernah ikut seminar dengan pembicara orang Jepang, topiknya tentang resep awet muda, mengatakan: kalau mau awet muda, makanlah buah yang sedang mengalami puncak musimnya". So, karena sekarang sedang musim rambutan contohnya, makanlah buah rambutan, jangan kepengen buah yang belum musim, misal mangga.
Tapi manusia dan hasratnya berkata lain, kita lebih mementingkan lidah. Akibatnya pembuahan yang tidak alami diciptakan. Durian pun tak lagi kenal musim, anggur juga demikian. Ya, kalau penyakit darah tinggi semakin banyak diidap orang ya salah sendiri manusianya. Karena kegemaran kita terhadap nasi, padi pun dikembangkan bibit unggulnya, supaya bisa panen tiga kali dalam setahun. Padahal kita masih punya jenis makanan lain seperti singkong, jagung, atau umbi-umbian yang karbohidratnya setara dengan beras.
Akibat ulah manusia, eksistensi kelapa yang terkenal multi manfaatnya kini jadi mulai diragukan. Saya sempat berbincang-bincang dengan kawan yang asli orang Padang, saya katakan kalau masakan Padang yang bersantan sangat beresiko meningkatkan kadar kolesterol. Dia membantah pendapat saya yang sesungguhnya saya ambil dari sebuah majalah kesehatan. Kata majalah itu, 7 dari 10 orang yang menderita penyakit jantung di Indonesia adalah penggemar masakan padang. Tapi kawanku yang orang Padang ini tidak sepakat dengan temuan tersebut. Buah kelapa itu baik, dan sudah beratus-ratus tahun orang Padang punya masakan khas bersantan, dan baru beberapa dekade ini saja banyak orang kena serangan jantung atau stroke, so hubungannya bukan begitu. Menurutnya, bukan jenis masakannya yang tidak sehat, melainkan cara makan dan pengelolaan yang tidak sehat. Campuran MSG dan penyedap buatan lainnya, masakan yang dihangatkan sampai tiga hari, menurut dia adalah penyebab mengapa masakan padang menjadi monster pembunuh bagi pecintanya. Tapi ini menurut dia lho (catatan: dia pengacara, bukan dokter, ahli gizi atau koki hehehe, jadi profesinya gak relevan ya..hihi, tapi orang Padang...gubrak).
Kembali ke persoalan Tuhan yang begitu sempurna dalam menciptakan siklus kehidupan termasuk sumber makanan kita, baru-baru ini saya melihat video tentang penyebaran benih oleh tanaman. Subhanallah, film dokumenter ini mengintip kehidupan privat tanam-tanaman. Intinya sih mau tahu bagaimana sih upaya tanaman menyebarkan benihnya. Ada yang melalui udara dengan terbang, ada yang menyemprotkan serbuknya, ada yang bijinya memiliki semacam baling-baling sehingga bisa jatuh menghujam tanah, ada yang benihnya memiliki sayap sehingga bisa terbang jauh, bahkan ada yang menggantungkan diri pada hewan dan alam.
Akasia(kalau tidak salah nih namanya) adalah salah satu tanaman yang memanfaatkan gajah. Gajah adalah pecinta bunga akasia, jadi di dataran Afrika khususnya mereka biasa memakan bunganya lengkap sampai biji-bijinya. Pencernaan gajah tidak mampu mencerna bijinya, jadi biji itu akan dikeluarkan dalam bentuk utuh. Ajaibnya, proses pencernaan oleh gajah justru menyelamatkan biji akasia dari serangan larva serangga. Konon feses gajah justru membungkusnya sehingga biji tersebut dapat tumbuh. Akhirnya, akasia muda itu pun tumbuh dengan subur dengan menggunakan media pertama feses gajah. Fakta lainnya (sayang saya lupa nama tanamannya), salah satu jenis tanaman di Afrika memanfaatkan kebakaran alami untuk proses penyemaiannya. Kebakaran hutan (tapi kebakaran yang alami akibat musim kemarau lho, bukan karena penebangan liar) ternyata menyimpan manfaat besar bagi pohon ini. Apalagi setelah kebakaran meninggalkan abu dan menjadikan lahan hutan menjadi subur. Wuih, saya jadi bingung, ternyata kebakaran hutan alami itu punya manfaat bagi keseimbangan alam, tidak sebatas merugikan. Tapi ya karena Tuhan yang mengaturnya, maka kebakaran hutan alami ini tidak menyimpan kerugian seperti kalau manusia yang melakukan.
Okay, karena sedang musim durian, selamat makan durian ya. Btw, orang utan di Kalimantan hobi banget lho makan durian, hihihi. Oh ya, kata ilmuwan di film dokumenter itu juga durian punya bau menyengat salah satunya karena untuk membantu dia menciptakan generasi baru. Permukaan luarnya yang berduri pasti tidak akan dilirik orang kalau dia tidak punya bau yang khas, salah-salah orang takut (ini serupa dengan nangka dan cempedak). Bau khas durian ini dikatakan ilmuwan Barat ini berciri begini "this is the famous durian, baunya seperti campuran antara gas dan selokan, yaikhh" huahaha saya tertawa waktu lihat ekspresi dia lihat durian. Tapi waktu dia makan, dia bilang "rasanya enak, lembut, seperti krim mayonaise" ...MAKSUD LOH????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar