Kamis, 12 Maret 2009

DARK MATTER


Sebuah film berjudul "Dark Matter" baru saja membuat saya terperangah. Film berlatar belakang kehidupan mahasiswa asing di Amerika Serikat ini sangat saya rekomendasikan untuk ditonton. Mungkin kawan-kawan ada yang pernah mendengar teori Fisika "Dark Matter" atau "Materi Gelap", tapi sungguh film ini bukan bertujuan menjelaskan fenomena Dark Matter, melainkan fenomena yang melekat pada pekerjaan dosen. Kisah yang disuguhkan "Dark Matter" terinspirasi oleh kejadian nyata di University of Iowa pada 1 Nopember 1999. Seorang mahasiswa asing asal Cina bernama Gang Lu melakukan penembakan terhadap lima orang, yang tiga diantaranya adalah profesornya. Mahasiswa S3 jurusan Fisika dan Astronomi ini ditengarai nekad melakukan hal tersebut lantaran frustrasi akan kegagalan disertasinya. Hingga sekarang, University of Iowa belum membuka kesempatan lagi untuk mahasiswa asal RRC.

Versi yang banyak dimuat di Amerika sepertinya lebih banyak menyudutkan Gang Lu. Film "Dark Matter" memang tidak betul-betul menyajikan kisah nyata keberadaan Gang Lu, namun layak menjadi bahan renungan khususnya bagi kalangan akademisi. Dalam film yang dimainkan utamanya oleh Ye liu (sebagai Liu Xing), Merryl Streep (sebagai Joana) dan Aidan Quinn (Sebagai Prof. Jack Reiser) ini, diungkapkan bagaimana seorang mahasiswa yang begitu jenius memiliki masalah dengan pembimbingnya. Jack Reiser yang berperan sebagai supervisor memiliki kesamaan posisi dan situasi dengan Prof. Dwigh Nicholson (Prof. Fisika dan astronomi di Univ. of Iowa). Profesor ini tewas ditembak oleh Liu Xing - mahasiswanya sendiri, padahal ia berperan sebagai pemrakarsa untuk mengundang mahasiswa-mahasiswa dari RRC yang diakui memiliki kecerdasan luar biasa.

Liu Xing pada awalnya sangat memuja Prof. Reiser, ia dipekerjakan sebagai asistennya. Prof Reiser pandai memanfaatkan kemampuan mahasiswa dari RRC, semua asistennya berasal dari negeri tirai bambu tersebut. Selama Liu Xing bekerja dan belajar, kepandaian Liu Xing tidak dapat dielakkan oleh Prof Reiser. Belakangan Prof muda ini justru merasa terancam dengan kebrilyanan pemikiran Liu Xing. Hal ini berakibat pada tidak disetujuinya proposal-proposal disertasi yang diajukan Liu Xing. Kalaupun pada akhirnya Prof Reiser mau menyetujui, Liu Xing "dibantai" pada saat ujian disertasi sehingga ia pun gagal meraih Ph.D-nya. Selain itu Liu Xing juga memiliki saingan yang sama-sama berasal dari RRC dan menjadi asisten Prof Reiser. Untuk lebih jelasnya kawan-kawan bisa menonton sendiri film yang meraih penghargaan pada Sundance Film Festival sebagai film yang berkaitan dengan Sains dan teknologi ini.

Ada beberapa poin menarik dari film tersebut yang layak menjadi topik diskusi terutama mengenai hubungan antara pembimbing penelitian dengan mahasiswanya. Saya memang belum pernah menjadi pembimbing penelitian namun saya sering mengamati proses yang berjalan karena saya pernah dan masih menjadi mahasiswa sekaligus memiliki kolega-kolega yang berperan sebagai pembimbing. Hal menonjol yang paling sering saya jumpai adalah dosen tidak mau atau mampu menghargai ide mahasiswa. Dalam kasus Prof. Reiser hal ini terjadi karena dosen merasa terancam karena kejeniusan mahasiswanya, namun dalam banyak temuan yang saya lihat di sekitar saya banyak dosen yang meremehkan mahasiswanya. Akibatnya, permasalahan penelitian justru menjadi lebih rendah signifikansinya karena kekhawatiran Dosen sendiri mengenai kemampuan anak didiknya.

Hal kedua yang aneh dalam kasus pembimbingan, terkadang mahasiswa dibiarkan terperosok terlalu jauh. Baru ketika ujian berlangsung, Pembimbing sendiri "menjatuhkan" laporan penelitian mahasiswanya. Mungkin saja ketika dalam proses pembimbingan si Dosen tidak begitu cermat, namun jangan sampai ketidakcermatan tersebut sampai membuat mahasiswa harus mengubah terlalu banyak laporannya hingga menyentuh esensi penelitian. Dalam kasus ini jangan-jangan bukan tentang ketidakcermatan melainkan memang sengaja tidak cermat, atau tidak mampu menjalankan fungsi pembimbingnya secara baik.

Poin ketiga adalah tentang besarnya tekanan kepada mahasiswa untuk cepat lulus dengan nilai yang baik. Terlebih kalau ia selama ini diakui sebagai sosok yang pintar, dengan sendirinya tuntutan keluarga pun akan sangat tinggi. Tentu saja ini akan sangat berpengaruh pada ketahanan mental mahasiswa dalam proses penulisan penelitiannya. Ini menjadi PR besar utamanya bagi para orangtua, guru/dosen, petugas konselor atau psikolog pendidikan dalam memberikan dorongan dan harapan yang cukup, jangan berlebihan.

Menyaksikan film "Dark Matter" membuat ingatan saya terlintas pada kasus yang masih cukup hangat dibicarakan, yakni tragedi Nanyang Technology Univ. yang berkaitan dengan David, mahasiswa asal Indonesia. Kasus ini memang belum terkuak secara pasti sebab musababnya, tapi saya berharap kebenaran segera terungkap. Kasus lain di lingkungan kampus yang juga pernah mengundang perhatian adalah penembakan oleh Cho Seung Hui yang menewaskan 32 orang sekaligus ia sendiri pada April 2007 di Virginia Tech Univ. Sebagai salah satu unsur dalam perguruan tinggi, semoga dosen dapat terus "berdamai" dengan mahasiswanya, sehingga tidak ada lagi Gang Lu lain, David lain, dan Cho Seung Hui lainnya.



2 komentar:

  1. Wow.... possibly, It IS an interesting and good movie, thank you, I'll gonna see it

    BalasHapus
  2. oh yaaa? kita ber doa saja...semoga di negara kita tidak ada mahasiswa gelap mata...dan tidak ada dosen yang tutup mata (karena tergiur mempergunakan matanya untuk melihat "sesuatu yang lain" dengan imbalan yang lebih menggiurkan daripada sekedar menjadi "pembimbing penelitian...")...yeheh heh...terus dinanti tulisan2 nyaaaaaaaaaaaaaaaa.CU

    BalasHapus